Aku tak
mengerti bagaimana bisa aku akan terus mencari tanpa pernah tahu bagaimana akan
menemukan. Kamu dan aku terus berharap tanpa punya apa-apa selain doa. Kadang
kamu merasa menemukan apa yang kamu cari. Kadang aku merasa ditemukan apa yang
kunanti. Tapi tak pernah ada kata saling. Lalu, entah sinyal apa yang memancar,
kamu dan aku justru dipertemukan dalam kegiatan pencarian ini. Kamu dan aku
entah dengan keyakinan dari mana berusaha menjadi manusia yang Allah sukai dari
yang Allah cintai (karena cintai lebih tinggi tingkatannya daripada sukai)
karena kamu dan aku sebenarnya bukan apa-apa melainkan hamba-Nya (tapi juga
belumlah pantas mengaku hamba, karena seorang hamba pada hakikatnya adalah seseorang
yang patuh akan apapun perintah dan larangan Rabb-nya) sedangkan kamu dan aku
mungkin dua orang insan manusia yang sempat diperbudak oleh perasaan
masing-masing, ego masing-masing terus mengiba mengharap Rabbnya selalu
menuntunnya, dalam kegelapan dunia kamu dan aku berusaha melangkah, mencari
secerca lentera untuk menerangi langkahmu dan langkahku bersama (meskipun tak
benar-benar bersama dalam satu ruang dan waktu). Ketika lambaian tangan lain
mengajak, aku tak mau beranjak. Aku tetap menunggu kamu, aku akan melihat
perjuanganmu menggapai tempat persinggahanku. Karena dari binar matamu aku
tahu...
Katamu,
“berhenti di sana. Jangan lagi kamu berjalan meski pelan-pelan. Aku takut
ketika kamu jatuh, tanganku belum siap di sana untuk menangkapmu. Jadi tunggu
dulu”.
Karena
aku tahu, kamu adalah seseorang yang akan menemukanku, kamu adalah sosok yang
Allah tetapkan untukku, kamu adalah tangan Allah yang kelak siap menuntunku,
melangkah disampingku, bukan di depanku atau pun di belakangku, kamu penggenap
imanku. Kamu dan aku yang akan menjadi kita J.
No comments:
Post a Comment