Friday, March 17, 2017

Kamu dan aku (yang akan menjadi kita atau akan tetap sama).

Aku tak mengerti bagaimana bisa aku akan terus mencari tanpa pernah tahu bagaimana akan menemukan. Kamu dan aku terus berharap tanpa punya apa-apa selain doa. Kadang kamu merasa menemukan apa yang kamu cari. Kadang aku merasa ditemukan apa yang kunanti. Tapi tak pernah ada kata saling. Lalu, entah sinyal apa yang memancar, kamu dan aku justru dipertemukan dalam kegiatan pencarian ini. Kamu dan aku entah dengan keyakinan dari mana berusaha menjadi manusia yang Allah sukai dari yang Allah cintai (karena cintai lebih tinggi tingkatannya daripada sukai) karena kamu dan aku sebenarnya bukan apa-apa melainkan hamba-Nya (tapi juga belumlah pantas mengaku hamba, karena seorang hamba pada hakikatnya adalah seseorang yang patuh akan apapun perintah dan larangan Rabb-nya) sedangkan kamu dan aku mungkin dua orang insan manusia yang sempat diperbudak oleh perasaan masing-masing, ego masing-masing terus mengiba mengharap Rabbnya selalu menuntunnya, dalam kegelapan dunia kamu dan aku berusaha melangkah, mencari secerca lentera untuk menerangi langkahmu dan langkahku bersama (meskipun tak benar-benar bersama dalam satu ruang dan waktu). Ketika lambaian tangan lain mengajak, aku tak mau beranjak. Aku tetap menunggu kamu, aku akan melihat perjuanganmu menggapai tempat persinggahanku. Karena dari binar matamu aku tahu...

Katamu, “berhenti di sana. Jangan lagi kamu berjalan meski pelan-pelan. Aku takut ketika kamu jatuh, tanganku belum siap di sana untuk menangkapmu. Jadi tunggu dulu”.


Karena aku tahu, kamu adalah seseorang yang akan menemukanku, kamu adalah sosok yang Allah tetapkan untukku, kamu adalah tangan Allah yang kelak siap menuntunku, melangkah disampingku, bukan di depanku atau pun di belakangku, kamu penggenap imanku. Kamu dan aku yang akan menjadi kita J.

No comments:

Post a Comment