Saturday, February 21, 2015

Perhatikan Siapa Temanmu!



Assalaamu’alaikum W. W.
Yusuf bin Al-Husein menceritakan : Aku bertanya kepada Dzun Nun tat kala perpisahanku dengannya “kepada siapakah aku duduk, berteman dan belajar?”
                Beliau menjawab,”hendaknya kamu duduk bersama orang yang dengan melihatnyaakan mengingatkan dirimu kepada Allah, kamu memiliki rasa segan kepadanya di dalam hatimu. Orang yang pembicaraannya bisa menambah ilmumu. Orang yang tingkah lakunya membuatmu semakin zuhud kepada dunia, bahkan kamupun tidak mau bermaksiat kepada Allah SWT selama kamu sedang berada di sisinya. Dia memberikan nasehat kepadamu dengan perbuatannya, dan tidak menasehatimu hanya dengan ucapannya semata.” (al Muntakhab min kitab az zuhd wa ar Raqaa’iq, hal. 71-72)
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam kegiatan hablum minannaas,kita harus memilah dan memilih seorang kawan. Karena seorang kawanlah yang menjadi patokan baik atau tidaknya kita dalam bermuamalah di kehidupan sehari-hari, karena kawan juga yang pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan pribadi kita. Seperti tombo ati yang salah satunya mengatakan “Berkumpullah dengan orang-orang shalih”. Maka dari itu berkawanlah karena Allah SWT yang mana InsyaAllah akan selalu mengingatkan kita kepada Allah sehingga dapat mencegah kita menuju ke perbuatan dosa. Aamiin…
Wassalaamu'alaikum W. W.

Wednesday, February 11, 2015

Lelaki Tua dan Laut


Tittle                           : Lelaki Tua dan Laut
Author                         : Ernest Hemingway
Publisher                    : PT SerambiI lmu Semesta
Year of Publication   : May 2009 First Edition
                           Second mold July 2009
                           Third mold November 2009
Translated from The Old Man and The Sea published by Collier, New York, 1986
Translators                  : Yuni Kristianingsih Pramudhaningrat
Page of Book              : 145 Pages


A highly motivating book readers. The Old Man and The Sea tells the story of an old man's struggle to catch a Marlin fish. He is Santiago. Previously he was fishing along with boys in 84 days without a break but failed to get the Marlin fish. However, Santiago struggles to get the Marlin was not stop in there, the old man did’nt give up. This is the real struggle, begins when Santiago sailing alone. He fought against his own mind between the mind to give up and fight. Despite, he must confronted many obstacles in the middle of the sea. Finally, Marlin get caught that weights approximately twice the size body of Santiago.
As our lives, this book provides an awareness that a success in getting through hard and long journey; and full of challenges. The story of the struggle Santiago highly inspire us to always endeavor and hard work, and never give up in getting success. This short story is the translation of literary works translated very well and beautiful premises with an appropriate choice of words and make this short story easily understood by the reader. With inspiring stories and has a beautiful writing make The Old Man and the sea into a short story of the legendary and deserves to be appreciated.
This novel is the best work of Ernest Hemingway, the legendary American author and winner of the Nobel Prize of literature, as well as his last novel published during his lifetime.


L.I.E (Love Is Endless) 3

                20 Februari 2011
                Jam dinding berdetak-detak dalam keheningan malam ini. Aku berbaring malas diatas tempat tidur. Di sampingku tergeletak rangkaian tali makrame warna biru, warna kesukaanku. Benda berwarna biru itu darinya. Sosok yang begitu kurindukan saat ini. Aku menyentuh tali berwarna biru itu tanpa berniat mengambilnya. Kubiarkan benda itu tergeletak tetap pada tempatnya. Aku menyentuh dan mengelus teli demi tali dengan lemah. Seakan benda itulah sosok yang begitu kurindukan saat ini. Kelopak mataku terasa hangat, dan sesaat kemudian meneteskan butir-butir airmata. Sungguh, aku tak mengerti mengapa aku bisa begitu merindukan seseorang seperti ini. Terkadang, aku merasa sedikit konyol jika perempuan bisa begitu merindukan seorang lelaki. Dan seiring berjalannya waktu, aku sendiri menyadari bahwa akulah perempuan konyol itu.
                Aku bangkit untuk duduk kemudian menyeka airmataku. Aku meraih sebuah HP yang tergeletak di atas meja. Aku ingin mendengar lagu itu lagi. Lagu yang pernah jadi kesukaanya waktu itu (D’masiv- Rindu Setengah Mati)
                Aku rindu setengah mati kepadamu
                Sungguh ku ingin kau tahu..
                Ku tak bisa hidup tanpamu
                Aku rindu
Lagu selesai berputar, aku melihat jam menunjukkan pukul 23.55 WIB, 5 menit lagi  adalah hari ulang tahunnya. Aku segera menulis pesan singkat untuknya. Akan ku kirimkan tepat pukul 00.00 WIB.
To: Mas
                Telah ratusan hari kau penuhi hidupku, yang kau letakkan bukan senyum bukan pula tangis. Entah harus bagaimana cara memandangmu, yang aku tahu kau begitu rumit. Aku menyaksikan titik terendahmu.
Doa… Hanya itu yang selalu terbatin untukmu karena nyatanya lakuku hanya sia-sia. Semoga detik ini adalah pembaharu bagimu. Semoga asa tak terbatas selalu melingkupi dirimu. Di hari-hari yang akan datang. Semoga hatimu terbuka. Sehingga melihat dengan jelas. Apa yang telah kau beri. Dan kau tinggalkan begitu saja. Semoga bahagiamu selalu diiringi rahmat-Nya. Happy milad 17th, Mas. Wish you all the best!
                Message sent tepat pukul 00.00 WIB.
Kemudian aku berbaring dan memejamkan mata. Aku tertidur dalam keadaan tersenyum. Aku tahu hari ini adalah hari bahagia untuknya. Hari baru dimulainya menyongsong kedewasaan. Dalam hati aku mendoakan segala kebaikan untuknya.
***
                Aku duduk pada sebuah bangku panjang di depan kelas yang sudah kosong dan sepi. Ya, kelasku yang dulu, aku sengaja memilih tempat ini untuk membaca kembali surat darinya, karena di tempat inilah aku dapat mengingat peristiwa masa lalu dengannya. Peristiwa masa lalu yang selalu membuatku rindu, ketika aku sedang duduk bersama teman-temanku di depan kelas. Dan dia juga sedang duduk bersama teman-temannya di depan kelasnya. Kelas kami berseberangan sehingga dia dengan mudah dapat melihatku dan begitu juga sebaliknya. Aku selalu dibuat tersenyum mengingat masa-masa itu.
                Angin sore berkesiut menebar debu hangat di sekeliling, sore ini sedikit panas. Persis seperti sore waktu itu ketika aku dan dia berbicara cukup lama di sini tepat di tempat ini. Perlahan aku membuka kembali surat darinya. Entah sudah berapa kali aku membacanya. Tulisannya lebih rapi daripada tulisannya yang kuingat di buku catatan kimianya yang kupinjam waktu itu. Dan yang terpenting kata-kata di dalamnya selalu membuat hatiku bergetar.
From: Mas
To: Adek
                Assalaamu’alaikum W. W.
Dek, lewat surat ini aku hanya ingin menjelaskan padamu tentang kepergianku. Perlu kamu tahu aku pergi bukan untuk menjauhimu. Aku hanya ingin mencari cara bagaimana baiknya untuk bersama lagi. Aku tahu kamu selama ini merasa sakit atas sikap angkuhku padamu. Tapi mengetahui itu yang kulakukan hanya diam dan membiarkanmu berpura-pura kuat tanpa menyadari bahwa kamu juga ingin melarikan diri. Maafkan aku.
Sejak awal bahkan sampai detik ini, aku tak ingin, dek. Bahkan setiap melihatmu aku selalu begitu ingin mengusap kepalamu dan menunjukkan padamu betapa aku ingin melindungimu. Tapi aku selalu menahan diriku, aku ingin menghormatimu sebagai perempuan yang suci dan berharga. Tapi maafkan aku karena seringkali aku tak mampu menahan diriku untuk tidak melakukannya,
Untuk itulah adekku…. Aku ingin pergi darimu sementara waktu karena setiap bersamamu aku mati-matian mengendapkan perasaanku agar tak melakukan apa yang Tuhan benci. Aku juga berusaha membuatmu menjauhiku. Tapi aku sadar bahwa caraku begitu bodoh untuk membuatmu membenciku. Aku ingin kamu juga menjauhiku karena akulah yang selalu membuatmu menangis. Maafkan aku.
Semoga dengan kepergianku kamu bisa bercanda dan tertawa lagi seperti waktu itu. Meski jauh aku selalu melindungimu, dek. Dan yakinlah suatu saat kita pasti akan bertemu di satu titik yang sama jika kita istiqomah berjalan di satu kebenaran, kamu harus selalu ingat firman Allah QS. Atthur:48 “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami.”
Sekali lagi, maafkan aku, dek. Maafkan Mas….
Wassalaamu;alaikum W. W.
***The end***
                Cerpen ini bukan asli karyaku, melainkan karya seorang kakak kelasku ….. di MAN3 Kediri. Cerpen ini pun pernah dimuat di majalah IQRO’ madrasahku edisi…. Dengan tema The Winner. Aku suka cerpen ini, ya semoga saja menghibur mhihi. 

Wednesday, February 4, 2015

KEUTAMAAN JILBAB


Jika suatu waktu nanti ada yang bertanya padamu, “Hei cantik, ngapain berjilbab?”. Maka jawab saja:
1.       Sebagai bentuk ketaatan pada Allah Azza Wa Jalla sang pemberi hidayah, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nur ayat 31 :  “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….”
Dan surat Al-Ahzab ayat 59 :Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
2.       Sebagai bentuk ketaatan pada Rasulullah S.A.W dengan Istri-istrinya dalam menjaga diri agar terhindar dari fitnah sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Ahzab ayat 53: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.
3.      Sebagai identitas pembeda antara muslimah dan nonmuslimah. Jika wanita mengenakan jilbab, maka semua manusia akan tahu bahwa Ia seorang muslimah tetapi jikalau di tempat umum seorang wanita tidak menutup aurat, maka agama dan keimanannya masih diragukan.
4.      Sebagai pelindung dari laki-laki yang tidak baik. Jika wanita itu mengenakan jilbab, sangat kecil kemungkinan untuk diganggu atau dilecehkan, berbeda dengan wanita yang mengenakan pakaian yang tidak menutup aurat.
5.      Sebagai pelindung kulit. Ketika siang hari mengharuskan seorang wanita beraktivitas di luar rumah sehingga kulitnya sangat rentan, cepat rusak dan terlihat tua sebelum waktunya. Padahal kan, kulit sehat merupakan dambaan setiap wanita. Pemakaian jilbab secara benar akan melindungi  dan menjaga kulit wanita dari ganasnya sinar matahari, bukan hanya matahari sebagian manusia yang menempati bumi juga mengalami musim dingin di banyak Negara. Bagi wanita, jilbab merupakan pelindung ampuh dari dingin dan panasnya cuaca.
6.      Sebagai pengontrol. Jika wanita tidak berjilbab cenderung merasa bebas dan tidak terikat dengan pakaian yang dikenakannya. Berbeda dengan wanita berjilbab jika ingin berbuat sesuatu yang melanggar norma-norma agama, maka ia akan berpikir matang, sehingga jilbab menjadi alat pengontrol dan pengingatnya.

Artikel ini pernah dipostkan oleh seorang Da’I Muda Muhammad Kasif di akun facebooknya. Artikel ini, bertujuan mengubah paradigma berjilbab yang selama ini dianggap sebagai sebuah keterbatasan ruang gerak bagi seorang muslimah yang aktif di dunia luar. Sekarang sudah zamannya emansipasi, seorang muslimah tentu saja diperbolehkan untuk berekspresi selama tidak melebihi batas-batas ketentuan agama dan juga fitrahnya sebagai seorang muslimah. I LIKE IT…. J

L.I.E (Love Is Endless) 2


                Seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa ini semua adalah perasaan yang kebanyakan orang menyebutnya cinta. Sebelum ini aku selalu ragu untuk mengakuinya. Bahkan saat dia mulai bertanya padaku tentang perasaanku padanya. Bahkan saat dia secara tidak langsung bertanya padaku, “maukah kamu jadi kekasihku?” Aku selalu mengelak dan menjawab, “bukan saatnya membicarakan itu, lebih baik kita bersahabat, sahabat bisa berubah jadi cinta kan, mas?”. Dan seiring berjalannya waktu aku benar-benar semakin terjatuh dan menyayanginya lebih dari sekedar kakak angkat. Aku menyayanginya dan aku merasa bahagia karenanya. Sampai seseorang  masuk ke dalam lingkaran hubungan kami. Entah mengapa aku merasa marah ketika dia menghadirkan seseorang itu ke dalam lingkaran hubungan kami. Aku merasa kasih sayangnya adalah dusta. Aku merasa selama ini tidak benar-benar ada aku di hatinya. Dia bisa membaca perasaanku. Dia meredam amarahku dengan mengatakan, “aku pilih adekku yang ku sayang”. Bahkan dia bertanya lagi tentang perasaanku padanya “kamu masih sayang aku?” aku menjawab jujur, “ya”. Dan setelah itu kurasa semua baik-baik saja. Tanpa kusadari aku begitu mempercayainya.
***
                Hari-hari terus berlalu. Aku menikmati segala macam perasaan-perasaanku tentangnya. Aku menikmati saat-saat bertemu dengannya, mendengar suaranya di telepon, merasakan dinginnya rinai hujan bersama, dan semua saat-saat terdekatku dengannya. Aku tak tahu sejak kapan aku mulai merindukannya, yang aku tahu perasaan-perasaan semacam ini selalu datang tiba-tiba tanpa peringatan. Dan ketika aku menyadarinya, aku sudah terjatuh terlalu dalam. Sesekali atau sebut saja berkali-kali kami bertengkar. Semua jadi terasa kacau. Aku bisa begitu marah padanya. Kenapa dia bisa melakukan kesalahan itu? Padahal dia tahu aku tak suka diperlakukan seperti ini. Dia selalu melakukan kesalahan yang dia tahu begitu akau benci, aku bisa begitu membencinya.
 Tapi, meskipun aku sedang begitu membencinya, aku selalu luluh kembali jika melihatnya memasang wajah muram di sekolah karena malam sebelumnya terjadi pertengkaran-pertengkaran diantara kami. Ya, aku selalu ingin melihatnya tersenyum , aku benci melihatnya memasang wajah muram. Apalagi hanya karena aku, aku tak ingin merusak hari-harinya. Tapi apakah dia pernah berpikir bahwa dia juga selalu dengan mudah merusak hari-hariku? Ahh, aku lelah.
***bersambung***