Perhatian
orangtua kepada anak sangatlah penting dalam keluarga sebagai fungsi afeksi
(kasih sayang) yang merupakan sebuah kebutuhan dasar anak dalam masa tumbuh
kembangnya. Dengan kasih sayang interaksi antara orangtua dan anak bisa
terjalin lebih erat. Tetapi, bagaimana jika pendidikan berdasarkan kasih sayang
tidak terealisasikan dalam keluarga?
Dengan dalih
kedisiplinan, tidak sedikit para orangtua yang mendidik anaknya dengan
kekerasan, dimana kekerasan juga dijadikan sebagai hukuman dari kenakalan anak ini
merupakan kesalahan pendidikan yang fatal bagi masa depan sang anak. Pada
dasarnya, nakal diusia anak-anak itu adalah hal yang wajar, jangan jadikan
kenakalan pada diri anak sebagai hal yang negatif karena sebenarnya anak sedang
mengalami penyesuaian diri dengan lingkungannya. Dalam masa tumbuh kembangnya anak-anak
juga mengalami pembentukan perasaan. Kekerasan berdampak pada perkembangan
mentalnya, anak akan merasa segala kesalahan yang mereka lakukan pantas
mendapat hukuman berupa kekerasan. Sehingga tak jarang anak menjadi pemurung
dan antisosial, tidak leluasa dalam bertindak, merasa tertekan dan mengalami
goncangan batin.
Apalagi ditambah
dengan pelabelan yang jelek pada diri anak, anak akan menjadi seperti apa yang
dilabelkan kepadanya. Misal “anak bodoh!” anak akan merasa bahwa dirinya memang
bodoh dan akan berlaku sesuai dengan itu, anak merasa usahanya sia-sia karena
mereka sudah dianggap bodoh, ini merupakan labelling yang berdampak
buruk. Saat disekolahpun semangat belajarnya menurun sehingga guru menegurnya
karena nilainya. Seharusnya orangtua memberikan komentar positif atas hasil
belajarnya, memberikan semangat untuk terus berusaha bukan malah menyalahkan
keadaan mereka. Ini karena orangtua mencari-cari kekurangannya dan tak jarang
juga sering membandingkan dirinya dengan anak-anak lain.
Pendidikan yang
keras akan membuat sang anak mencari pelarian untuk menyalurkan rasa kasih
sayangnya, dan tidak jarang anak menemukan tempat pelarian yang salah sehingga
mendapat pengaruh-pengaruh negatif yang tidak diinginkan. Banyak anak-anak yang
menjadi pendiam atau pemurung bahkan kebalikan daripada itu menjadi anak yang agresif
dan bertindak semaunya, anak menjadi pembangkang yang keras kepala dan tidak
mau di atur semua yang dikatakan orangtuanya tak lagi dihiraukan. Karena
beranggapan bahwa orangtuanya tidak perhatian terhadapnya. Akhirnya anak
mengalami kesalahan penyesuaian. Secara alami anak akan meniru apa yang telah
dilakukan orangtua terhadapnya. Kebanyakan anak akan melakukan kekerasan kepada
teman-temannya di sekolah. Karena mereka telah beranggapan bahwa semua masalah
dapat diselesaikan dengan kekerasan.
Sebagai pertanda
pada diri anak bahwa keberadaannya diakui dalam keluarga, orangtua harusnya
sering mengadakan tatap muka dan komunikasi yang baik dengan sang anak yang
semuanya akan merangsang anak dalam membentuk kepribadiannya. Sebaiknya para
orangtua memaknai benar apa arti buah hati yang sesungguhnya, yakni sebagai penerus
keturunan dan juga sebagai titipan Tuhan yang harus benar-benar dijaga. Karena
sifat-sifat yang ada pada mereka merupakan hasil fotokopi dari orangtua.
No comments:
Post a Comment